Harta, Tahta, Gaya Dalam Representasi Teori Georg Simmel

 AHMAD ZIDAN AL BARKA

TEORI SOSIOLOGI MODERN B
PRODI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA


 


    Tanpa terasa, penulisan tentang pengkajian teori dari tokoh sosiologi pada blog wong-ndalan ini sudah sampai pada pembahasan kelima. Pada pembahasan kelima ini, penulis masih menyajikan pemikiran serta gagasan teoritis dari para tokoh sosiologi klasik. Kemudian pada penulisan keenam dan selanjutnya penulis akan mengkaji pemikiran dari para tokoh-tokoh sosiologi modern. Penulisan terakhir pada tokoh sosiologi klasik ini penulis dedikasikan untuk bapak sosiologi interaksionis yang tidak dikenal bernama Georg Simmel.

    Georg Simmel berasal dari keluarga Yahudi yang lahir pada 1 Maret tahun 1858 di Berlin dan wafat pada tahun 1918. Ia merupakan rekan dari Max Weber yang berasal dari universitas dan negara yang sama. Simmel menyelesaikan studi filsafatnya pada Universitas Berlin dengan tesisnya tentang Kant (filsafat moral) dan dipercaya untuk mengisi seminar di berbagai universitas setelah lulus dari universitasnya. Setelah lulus, Simmel tidak lantas mendapatkan posisi jabatan tetap pada universitasnya. Hal tersebut dikarenakan tulisan-tulisannya yang tidak sistematis sehingga cenderung menyalahi pedoman universitas. Fokus pemikiran Simmel lebih cenderung besubtansi kepada pemikiran sejarah filsafat dan peristiwa sosial. Hal tersebut dapat terlihat dari karyanya seperti buku berjudul On Social Differentiation,The Philosophy of Money, The Metropolis and Mental Life, The Conflict in Modern Culture, The Crisis of Culture dan The Problem of Style. Dan baru pada tahun 1914, Simmel dapat memperoleh jabatan tetapnya sebagai maha guru penuh di Universitas Strasbourg. Namun sayangnya, empat tahun berselang Simmel meninggal dunia pada tanggal 20 September 1918.

     Georg Simmel bukanlah tokoh sosiologi yang menekankan kenyataan hubungan intereraksi antar individu atau masyarakat. Simmel lebih menekankan hubungan interaksi pada tingkat mikro atau hubungan interaksi antarpribadi. Hal tersebut menjadikan Simmel berada pada posisi sentral di antara kubu realis dan nominalis. Dalam pengertian ini, produksi masyarakat bagi Simmel menjadi seperti “uterus” pada dasar ikatan sosial (Michel Lallement, 1993 : 68). Untuk menjabarkan hal tersebut Simmel memberikan sebuah konsep afiliasi sebagai representasi berupa hubungan “interaksi timbal balik”. Interaksi ini menekankan kepada individu yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga lahirlah eksplanasi dari “masyarakat”. Bagi simmel masyarakat terbentuk karena pola subtansial interaksi timbal balik antar individu. Tanpa pola interaksi ini, maka bagi Simmel tidak akan pernah ada artikulasi dari masyarakat. Pola berpikir simmel sangatlah intens dan berkonsep dialektis, hal ini dapat terlihat dari pemikiran Simmel tentang “gaya sosial”. Menurut Simmel, gaya terbentuk atas relasi sosial yang memungkinkan individu untuk menyesuaikan diri dengan animo lingkunganya. Gaya terbentuk menjadi suatu fashion baru dan akan menjadi daya tarik tersendiri untuk diikuti oleh masyarakat. Seiring berjalannya waktu,fashion tersebut menjadi gaya baru yang akan dikuti oleh banyak individu dan kelompok. Lalu kemudian, daya tarik fashion tersebut akan mulai meredup dengan seiringnya laju pertumbuhan gaya baru yang berkembang di masyarakat.



    Di masa pandemi covid-19 ini, banyak contoh kecil dari teori gaya sosial tersebut yang penulis jumpai pada kehidupan sehari-sehari. Sebagai contoh, disekitar penulis terlihat secara ekplisit peralihan masyarakat dalam mengonsumsi jumlah rokok pabrikan menjadi rokok tembakau. Harga rokok pabrikan yang mengalami kenaikan cukai pada awal tahun lalu dan banyaknya pemutusan kerja di masa pandemi  juga dipicu menjadi problem tersendiri bagi setiap masyarakat di desa penulis untuk lebih mempertimbangkan rokok tembakau dengan harga jual yang jauh lebih murah. Aktivitas mengonsumsi rokok tembakau pada masyarakat di desa penulis sebenarnya sudah berlangsung sekian lama, namun hal ini hanya dimanefestasikan dan didominasi oleh mereka yang telah berusia lanjut. Belakangan ini, rokok tembakau menjadi primadona baru yang dapat membius kalangan muda di desa penulis untuk menjadikan gaya baru dalam dunia perhisapan. Rokok tembakau secara perlahan juga mulai melebur ke berbagai kalangan, tak terkecuali pada kalangan kelas atas yang tinggal pada desa penulis. Hal tersebut dilakukan bukan semata karena faktor finansial yang mengalami pasang-surut, melainkan rokok tembakau di masa pandemi ini sudah menjadi homogenitas yang bertransformasi sebagai daya tarik tersendiri yang dapat dinikmati oleh semua kalangan pada masyarakat.

    Baik demikianlah pembahasan pemikiran Georg Simmel tentang teori interaksi sosial serta gaya sosial yang esensial untuk diketahui secara intristik. Penulis selalu mengharapkan support, serta komentar dari para pembaca, khususnya "dosen pembimbing" yang sekaligus menjadi dosen penguji tulisan-tulisan analisis pada blog ini. Terus nantikan tulisan-tulisan dari tokoh sosiologi selanjutnya pada akhir pekan nanti.  

Salam Wong Ndalan !


Sumber Rujukan :

G. Anthony, Daniell Bell, Michael Forse, etc. (2004). SOSIOLOGI Sejarah dan Berbagai Pemikirannya. Bantul : KREASI WACANA.

Nugroho, S.A. (2013). NOVEL L’ASSOMMOIR KARYA EMILE ZOLA: SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGI MIKRO GEORG SIMMEL. Skripsi. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang. 1-83.


Gambar :

https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Falchetron.com%2Fcdn%2Fgeorg-simmel-d1643ded-0423-4367-accc-9c7d70af0f3-resize-750.jpeg&imgrefurl=https%3A%2F%2Falchetron.com%2FGeorg-Simmel&tbnid=HBQUBx2upz2zgM&vet=12ahUKEwizwpv3jJbtAhVDM3IKHf3LCBYQMygKegUIARCqAQ..i&docid=7dEVsCQaAQ7cdM&w=460&h=580&q=georg%20simmel&safe=strict&ved=2ahUKEwizwpv3jJbtAhVDM3IKHf3LCBYQMygKegUIARCqAQ

Galeri foto pribadi

Komentar