Konkretisasi Teori Solidaritas Emile Durkheim

                                                                                                                            AHMAD ZIDAN AL BARKA

TEORI SOSIOLOGI MODERN B

PRODI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA



Lanjut pada penulisan ketiga di blog “Wong Ndalan” ini, penulis tetap konsisten dengan pembahasan teori dari tokoh sosiologi beserta contoh konteksnya  dalam kehidupan sehari-hari yang dialami penulis. Kali ini penulis mengambil tokoh fantastis dari tokoh sosiologi bernama Emile Durkheim, tokoh ini lah yang mengembangkan sayap sosiologi dan mengkristalkannya menjadi kompartemen tersendiri dalam bidang studi. Tanpa kelahiran Emile Durkheim di dunia ini, bisa jadi pada kampus penulis dan pembaca tidak terdapat Prodi Sosiologi J. Oke langsung saja masuk pada pembahasan biografi beserta karya tokoh pada paragraf pertama.



Melalui Skripsi berjudul “FAKTA SOSIAL EMILE DURKHEIM DALAM MEMBENTUK LINGKUNGAN SOSIAL PENDIDIKAN ISLAM INDONESIA” tahun 2015, dengan penulis Aceng Fuad Hasim Ikbal dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menjabarkan bahwa Emile Durkheim berasal dari Negara Perancis yang dilahirkan di Kota Epinal pada 15 April tahun 1858. Ayahnya merupakan seorang petinggi Yahudi dan sangat menginginkan Durkheim untuk mengikuti jejaknya, namun potret Durkheim bukanlah seseorang yang religius, Durkheim sangat sekuler dan tidak berafinitas untuk mempelajari katholik. Durkheim yang hidup pada masa pergolakan Prancis dan Eropa mulai bersekolah pada Universitas Ecole Normale Superier pada tahun 1879 dan lulus pada tahun 1882. Di sinilah ia bertemu dengan Fustel de Counglanges yang merupakan pelopor histografi modern Perancis dan juga Auguste Comte, tokoh sosiologi yang penulis bahas pada tulisan kedua di blog ini. Selama bersekolah di Ecole, Durkheim memulai mengembangkan teoritis sosiologisnya dengan pendalaman tentang filsafat, politik dan moral. Dan pada tahun 1887 Durkheim telah diangkat menjadi professor dalam ilmu sosial dan pedagogi  di Ecole. 26 tahun berselang Durkheim mencantumkan “sosiologi” untuk pertama kali di Eropa dalam surat tugas mengajar. Beberapa karya superior Emile Durkheim dengan 4 karya buku termasyhurnya berjudul The Division Labour in Society (1893), Rules of Socioligical Method (1895), Suicide (1897), dan The Elementary Forms of Religious Life (1912) merupakan karya akademik Durkheim yang bersifat sistematis dan tidak dominasi oleh propaganda seperti karya yang dicetuskan oleh Max Weber dan Karl Marx. Durkheim menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 15 November 1917 di Fontaneiblau tepat ketika usianya hendak mencapai 60 tahun.

Setelah berpisah dengan historiografi Emile Durkheim, tentu sangat dianjurkan untuk membahas tentang gagasan teoritis dari anak yang dituntut oleh sang Ayah menjadi calon Rabi ini. Berangkat dari pembagian kerja yang berimplikasi pada struktur masyarakat, Durkheim tertarik untuk melihat cara perubahan masyarakat yang berimplikasi pada solidaritas sosial. Merujuk dari buku berjudul “Pengantar Teori-Teori Sosial” yang ditulis oleh Pip Jones, Liza Bradbury dan Shaun Le Boutillier pada tahun 2016 menjelaskan bahwa Durkheim membagi dua tipe kelompok sosial yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik.

Pada solidaritas mekanik terdapat ciri masyarakat homogen yang memiliki aktivitas dan tanggung jawab yang sama, masyarakat ini kerap ditemui pada masyarakat pra-modern atau tradisional. Selain itu masyarakat solidaritas mekanik memiliki aturan kolektif yang dapat mengatur tindkan individu dengan mudah dan pembagian sistem kerja yang sangat sederhana. Pada masyarakat ini perubahan kelompok sosial berkembang atas kesamaan dan di harapkan untuk saling conform satu individu dengan lainnya, hal inilah yang membuat individualitas tidak berkembang pada solidaritas ini.

Lain halnya dengan solidaritas organik, solidaritas ini lahir akibat perbedaan. Pada masyarakat ini pembagian kerja sangat kompleks dan memiliki tanggung jawab serta aktivitas yang berbeda. Tipe masyarakat ini muncul dalam heterogen perkotaan yang memiliki hubungan saling ketergantungan antar komponen masyarakat yang berbeda. Sisi kolektif pada solidaritas organik sangat lemah akan tetapi individualisme sangat mungkin berkembang pada masyarakat ini.

                Aktivitas penulis yang berasal dari Pedesaan memang banyak berimplikasi pada Solidaritas Mekanik. Secara ekplisit hampir 80% mata pencaharian masyarakat di Desa penulis merupakan Petani Subsisten dan sisanya bekerja menjadi karyawan pabrik.

Integral masyarakat pada Desa penulis juga seluruhnya  beragama Islam dengan cara beribadah yang sama menggunakan Madzhab Aswaja An-Nahdliyah. Jika kedapatan individu beribadah dengan menggunakan cara Madzhab lain, maka hukum represif secara otomatis akan bekerja, karena masyarakat di Desa Penulis menganggap hal ini tidak conform dengan tradisi yang ada selama ini. Hukuman tersebut dapat berupa pengucilan di masyarakat dan tidak di ikut sertakan dalam acara kegiatan-kegiatan Desa. Dari sini dapat terlihat bahwa reseliensi modernisme dan individualisme tidak bekembang pada keadaan sistem di Desa penulis yang berimplemtasi pada Solidaritas Mekanik.

Lain halnya pada sistem masyarakat solidaritas organik yang sering dijumpai pada masyarakat perkotaan. Pada 2 tahun kebelakang penulis merupakan seorang karyawan pabrik yang pergi merantau meninggalkan Desa demi sebuah Cinta J. Lokasi perantauan tersebut berada di dekat Ibu Kota, disana setiap kelompok masyarakat bebas beribadah dengan Madzhab dan cara yang berbeda-beda tanpa ada intervensi dari kelompok masyarakat manapun. Jika terdapat intervensi karena mempersoalkan perbedaan cara beribadahnya maka hal tersebut dianggap mengganggu hak dan kebebasan berekspresinya. Di sini dapat terlihat perbedaan, dimana pada masyarakat Solidaritas Organik individualisme lebih berkembang dan mampu menerima satu sama lain dengan perbedaan.

Oke, demikianlah pembahasan teori dari Mbah Emile Durkheim ini, pada pertemuan berikutnya penulis akan membahas tokoh sosiologi berinisial “KM” yang berasal dari Jerman. (Krisna Mukti) ?.. J

Tetap setia selalu dengan blog “Wong Ndalan” dan jangan lupa beri komentar agar penulis bisa bertransformasi untuk lebih baik kedepanya.

Salam Wong Ndalan !



Daftar Rujukan :

J. Pip, Liza Bradbury, Shaun Le Boutillier. 2016. Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia   

Ikbal, A. F. H. 2015. FAKTA SOSIAL EMILE DURKHEIM DALAM MEMBENTUK LINGKUNGAN SOSIAL PENDIDIKAN ISLAM INDONESIA. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta : 1-96

Gambar : https://probaway.files.wordpress.com/2013/06/emile_durkheim_24.jpg


Komentar