Teori Kelas Darah Juang Karl Marx !

AHMAD ZIDAN AL BARKA

TEORI SOSIOLOGI MODERN B
PRODI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA



        Seperti janji penulis pada penulisan ketiga lalu, kali ini penulis datang dengan membawa janji suci untuk membahas biografi serta gagasan teori dari tokoh sosiologi berinisial “KM”. Tokoh ini sangat berkelas dengan teori kelasnya yang akan penulis bahas pada penulisan keempat ini. Tulisan ini dipersembahkan untuk mengambil nilai UTS yang sekaligus menjadi panggung bagi penulis untuk mengimplementasikan teori kelas ini dalam kehidupan penulis. Penulis merujuk dari Buku berjudul SOSIOLOGI  Sejarah dan Berbagai Pemikirannya yang ditulis oleh Anthony Giddens, Daniel Bell, dan Michael Forse, etc. Mereka menjelaskan dalam bukunya bahwa tokoh ini bernama Karl Marx. 



        Karl Marx lahir pada 5 Mei 1818 di Kota Trier Negara Jerman. Ayahnya merupakan seorang penganut Yahudi yang kemudian memeluk agama Protestan. Karl Marx muda belajar hukum dan filsafat pada tahun 1835 di Universitas Berlin. Ketika masih menjadi Mahasiswa, Marx cenderung pemberontak dan menjadi pengikut “Hegel sayap kiri” dengan Tesisnya yang mengupas tentang Democritus.Pencetus teori kelas ini lulus pada tahun 1841 dan menerima gelar doktornya pada bidang filsafat. Namun ia gagal menjadi dosen di Universitasnya karena pemikirannya yang radikal.
        Tiga tahun berselang, Marx bermigrasi  menuju Paris. Disana ia semakin menggeluti pemikiran Hegel dan kerap mengunjungi kaum sosialis. Paris menjadi kota perjumpaan Marx dengan Proudhon, Bakounine dan Engels. Mereka bertiga kemudian menerbitkan buku berjudul La Sainte Famille pada tahun 1845. Di tahun yang sama Marx diusir dari Prancis karena menerbitkan surat kabar beraliran radikal. Ia berlabuh menuju Brussels dan ikut berpartisipasi dengan Liga Komunis. Di sana ia banyak menulis buku bersama Engels antara lain berjudul L ‘Ideologie Allemande (1846), Travail Salarie et Capital (1847) dan Manifeste du Parti Communiste (1848). Namun karya termasyhur dari pemikiran Karl Marx adalah buku berjudul Capital yang dipublikasikan pada tahun 1867. Sang penulis buku Capital ini kemudian wafat pada tanggal 14 Maret tahun 1833 dan disemayamkan di Kota London.
        Hasil karya Karl Marx tersebut menjadi fundamen bagi pemikiran sosiologi. Tercatat empat tema utama dalam karyanya yang menjadi pemikiran teoritis Marx yaitu, konsepsi masyarakat beserta dinamikanya, teori ideologi, teori kelas dan teori pemerintahan (Jean-Francois Dortier : 21). Namun dalam tulisan kali ini penulis hanya sekedar mengkaji teori kelas, karena penulis menilai teori inilah yang mewarisi aura dan darah juang Karl Marx.

        Dengan masih menggunakan buku rujukan yang sama, penulis menjelaskan teori kelas yang merupakan pembagian dari posisi kelas-kelas yang ada dalam masyarakat. Marx sendiri mendefinisikan golongan  kelas-kelas tersebut dengan mengaitkanya dalam hubungan produksi. Kelas borjouis sebagai kaum pemilik alat produksi, dan kelas proletar sebagai kaum pekerja tenaga produksi. Marx juga membedakan kelas yang berimplementasi pada kelas sebagaimana kondisi dirinya sendiri dan kelas bagi dirinya sendiri. Kelas sebagaimana kondisi dirinya sendiri merupakan kondisi dimana setiap individu memiliki kondisi kerja yang sama, permasalahan yang sama dan status yang sama, tetapi tidak mesti teroganisir dalam suatu rencana yang sama. Sedangkan kelas bagi dirinya sendiri merupakan kelas yang teroganisir menjadi gerakan sosial berbentuk sindikat dan partai yang terbentuk karena adanya kepentingan bersama, mencari identitas bersama dan memperjuangkannya secara bersama.
        Dalam masyarakat pada hakekatnya akan terlihat kelas-kelas yang berkuasa dan kelas-kelas yang dikuasai. Hubungan ekploitasi yang dilakukan kaum borjouis terhadap kaum proletar mengacu pada dimensi objektif struktural, bukan hanya kesadaran moralitas. Kontradiksi kelas borjouis dan kelas proletar tersebut bersifat objektif karena didasarkan pada kepentingan yang objektif yang telah disepakati bersama dalam proses produksi kapitalis. Dalam hal ini kelas borjuis berkepentingan untuk mempertahankan keadaan dan menentang setiap perubahan, sementara kelas proletar berambisi terhadap perubahan dan setiap perubahan bagi kelas proletar harus berupa pembebasan dari ketertindasan. Menurut Marx perubahan tidak dapat dimulai dari kelas borjouis, tetapi dari kelas proletar dengan cara satu-satunya yaitu pemberontakan sporadis atau revolusi.



        
      Dari gelegar teori kelas tersebut, penulis mengambil contoh pengalaman working class penulis pada dua tahun lalu. Seperti yang telah dijelaskan pada penulisan ketiga, penulis merupakan buruh karyawan pabrik swasta yang bekerja dengan sistem kontrak (karyawan kontrak).
    Karyawan kontrak pada perusahaan tersebut awalnya tereksploitasi dengan tidak diberikannya regulasi cuti di setiap bulanya. Kondisi ini berbanding terbalik dengan karyawan pekerja tetap yang memilki alokasi kouta cuti pada setiap bulannya. Karyawan kontrak yang merasa di diskriminasi oleh konstitusi perusahaan tersebut melakukan boikot kerja lembur (lewat waktu) dengan harapan aksi ini dapat di dengar oleh pihak Management. Kondisi ini lalu direspon oleh organisasi serikat pekerja perusahaan yang didominasi oleh karyawan tetap dan mencoba mengajak berunding pihak management. Di masa awal perundingan pihak management secara tegas menolak memberikan kouta cuti terhadap karyawan kontrak, karena menganggap kebutuhan karyawan kontrak hanya cenderung pada kebutuhan tersier. Situasi ini memicu para karyawan tetap untuk melakukan aksi yang sama yaitu “mogok lembur” dan membuat produktifitas perusahaan menurun. Setelah sekian minggu berunding akhirnya pihak Management mencair dan mengabulkan alokasi cuti pada karyawan kontrak, meskipun dengan beberapa catatan. 
        Contoh kecil tersebut mengindikasikan bahwa perjuangan kelas tidak dapat dirubah jika hanya dengan perubahan sikap, perubahan dapat terjadi karena adanya perubuhan struktur kekuasaan ekonomis dalam sistem kapitalis. Kepentingan kontradiktif antara kelas atas dan kelas bawah dalam sikap yang berbeda terhadap perubahan merupakan wujud revolusioner yang menurut Marx merupakan hukum alam yang akan terjadi dan tidak dapat dihindari. 
    
    Kurang lebihnya sekian pembahasan pada teori kelas Karl Marx ini. Bagi Marx sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas. Di era pandemi sekarang rasanya sangat cocok memanifestasi cita-cita Karl Marx yang ingin menjadikan negara tanpa kelas. Kelas-kelas sekolah formal dan universitas telah kosong, sudah hampir setahun telah bervakansi. Selamat ya Marx !


Salam Wong Ndalan !

 

Sumber Rujukan :

G. Anthony, Daniell Bell, Michael Forse, etc. 2004. SOSIOLOGI Sejarah dan Berbagai Pemikirannya. Bantul : KREASI WACANA


Gambar :

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn%3AANd9GcTqSQLKiGATy7e3L9-qmhsvN4z7CX3V7H-HuA&usqp=CAU

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn%3AANd9GcQxxDphbTSUj9Iq6u7BurpkqJO3Lugo_XdRJQ&usqp=CAU


Komentar