Ekpansi Interaksionisme Simbolik Dalam Perspektif George Herbert Mead

                                                                                                                             AHMAD ZIDAN AL BARKA

TEORI SOSIOLOGI MODERN B

PRODI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

                                                                                                                                     UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA





Selamat berjumpa kembali para pembaca setia blog wong-ndalan. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengkaji paradigma teori interaksionisme simbolik antar manusia yang di populerkan oleh George Herbert Mead. Ia dikenal sebagai tokoh sosiologi ber-Mazhab Chicago dan menjadi pemikir prominen dalam studi filsafat pragmatis. Penasaran seperti apa historiografi serta kerangka berfikir teoritisnya ? Baik, langsung saja kita lihat terlebih dahulu biografi dari tokoh yang satu ini.

George Herbert Mead dilahirkan di kota South Hadley, Massachussetts, Amerika Serikat, pada tanggal 27 Februari tahun 1863. Ayahnya bernama Hiram Mead berprofesi sebagai seorang pendeta pada gereja kongregasional, dan ibunya bernama Elizabeth Storrs Billings yang menjadi pengajar pada perguruan tinggi di kota Oberlin. Ketika masih berusia 7 tahun, Mead sudah memasuki dunia akademik pada perguruan tinggi Oberlin College dan berhasil lulus menjadi sarjana muda di tahun 1883. Setelah lulus dari Oberlin College, Mead meneruskan pendidikannya pada Universitas Havard di tahun 1887. Disana ia banyak mempelajari studi bidang filsafat dan kajian psikologi sosial. Dalam perjalanan studinya, ia sangat tertarik untuk mempelajari filsafat romatik dan idealistik dari Hegel. Oleh sebab tersebut, Mead bertolak menuju Jerman untuk mempelajari pandangan dari para filosof idealis Jerman seperti Kant, Hegel dan Ficthe. Setelah sekian tahun berselang, Mead kembali menuju Amerika dan menjadi pengajar pada Universitas Michigan selama tiga tahun. Namun pada tahun 1894 Mead memutuskan untuk berpindah mengajar pada Universitas Chicago atas pertimbangan dari John Dewey. John Dewey sendiri merupakan seorang ahli filsuf yang sangat mempengaruhi pemikiran Mead terhadap aliran filsafat pragmatisme. Selain John Dewey, terdapat Charles Horton Cooley dan William James yang mengilhami pemikiran Mead terhadap karya superiornya dari buku berjudul Mind, Self and Society yang diterbitkan pada tahun 1934. Dari ketiga kata kunci judul buku tersebut, Mead mengintegrasikan tiga konsepsi fundamental yang dijadikannya dalam menyusun sebuah teori bernama “interaksionisme simbolik”.

            Teori intreaksionisme simbolik merupakan salah satu perspektif dalam teori sosiologi yang mempunyai beragam esensi pemikiran. Kelahiran teori ini di dominasi oleh tokoh-tokoh filsuf ternama bermazhab Chicago. Selain Mead, terdapat beberapa tokoh pemikir chicago yang ikut andil dalam mengilhami lahirnya teori  ini. Tokoh-tokoh tersebut antara lain, Jane Addams, William I.Thomas dan Robert Ezra Park. Di antara tokoh aliran ini, Mead menjadi tokoh superior karena konstribusi besarnya bagi perkembangan perspektif interaksionisme simbolik pada analisis sosiologi mikro. Mead lebih menekankan pemikirannya terhadap hubungan antar intprestasi subjektif, seperti self concept yang berkorelasi pada kompleks masyarakat makro. Pemikiran Mead pada self concept tersebut berinterkoneksi dengan teori interaksionisme simbolik yang di produksi masyarakat dalam proses interaksi sosial. Teori ini berlandaskan dari entitas manusia sebagai wujud mahkluk sosial yang tidak dapat terlepas dari hubungan interaksi sosial. Oleh sebab tersebut, manusia menciptakan dialektika bahasa baik secara verbal, maupun non-verbal, untuk saling berkomunikasi dalam interaksi sosialnya. Lalu secara definisi, teori interksionisme simbolik merupakan sebuah teori yang merasionalisasikan hubungan interaksi manusia yang memproduksi sebuah simbol, lalu berorentasi pada tindakan setiap individu. Namun simbol-simbol disini bukanlah pengejawantahan dari wujud simbol secara fisik, melainkan simbol yang memiliki makna dari representasi sesuatu. Simbol-simbol ini dapat ditemukan dalam masyarakat luas yang dapat ditampilkan dari beragam aspek hubungan interaksi seperti, bahasa, budaya, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan keras-lemahnya suara. Walhasil, karakterisasi dari pemaknaan simbol-simbol di setiap masyarakat tertentu dapat menjadi berbeda satu dengan yang lain. Setiap masyarakat yang memiliki simbol-simbol tertentu dalam berinteraksi memiliki realitas yang berbeda dalam mendeskripsikan dirinya maupun mendeskripsikan situasi ketika dirinya berada pada kompleksitas masyarakat. Dalam teori ini individu dapat menjadi objek bagi dirinya, menginterpretasi dirinya dan mengidentifikasi dirinya sebagai sebuah objek yang ada di lingkungan sekitarnya.

Dalam realisasi hubungan masyarakat mikro, teori interaksionisme simbolik dapat penulis gambarkan pada cultural system di desa penulis. Masyarakat di desa penulis erat dengan group culture yang sangat fleksibel untuk menerima tamu maupun pendatang baru. Setiap pendatang baru maupun transmigran yang menetap di desa penulis, di hari perdananya tinggal seringkali menyuguhkan hidangan berupa makanan di tempat tinggal barunya. Hidangan berupa makanan tersebut tak lain merupakan simbol laten yang dimaknai sebagai tanda perkenalan agar dapat diterima di lingkungan barunya. Hidangan makanan tersebut juga dapat dimaknai sebagai simbol identitas yang dibawa pendatang baru tersebut merupakan seorang invididu yang dermawan dan mudah untuk diajak bersosialisasi. Dari simbol yang penulis contohkan tersebut, terdapat korelasi satu individu dengan individu lain untuk saling mengamati dan mengarahkan perilaku individu menurut interpretasi terhadap ekspetasi individu lain. Contoh sederhana ini  merupakan proporsi teori interaksionisme simbolik yang dapat diperoleh melalui proses perilaku sosial terhadap simbol-simbol yang sudah menjadi sense of community dalam segmen masyarakat. 

        Baik, kiranya pembahasan kali ini penulis cukupkan sampai disini. Penulis sangat mengaharapkan kritik konstruktif serta dukungan dari para pembaca untuk mengembangkan blog ini kedepannya.

Tetap Tehat dan Tetap Berinteraksi !

Salam Wong Ndalan !

               

Sumber Rujukan :

Susilo, Rachmad K.Dwi (2016). Dua Puluh Tokoh Sosiologi Modern. Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA.

Haryanto, Sindung (2016). Spektrum Teori Sosial : Dari Klasik Hingga Postmodern. Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA.


Gambar :

https://web.facebook.com/pg/GeorgeH.Mead/community/?mt_nav=0&msite_tab_async=0

Komentar