AHMAD ZIDAN AL BARKA

TEORI SOSIOLOGI MODERN B
PRODI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

 

Passion Talcott Parsons Dalam Formulasi Teori Fungsionalisme Struktural

Setelah mengakhiri masa bervakansi natal dan tahun baru yang cukup melelahkan, izinkan penulis untuk mengekplorasi perspektif teoritik Fungsionalisme Struktural yang digagas oleh Talcott Parsons. Ia merupakan tokoh sosiologi Amerika yang sangat berkonstribusi besar dalam mempopulerkan ekspansi teori fungsionalisme struktural yang dicetuskan oleh Auguste Comte dan dikembangkan oleh Emile Durkheim di awal perkembangan sosiologi.



Ditinjau dari biografinya, Talcott Parsons lahir pada 13 Desember 1902 di Colorado Springs, California, Amerika Serikat. Ayahnya merupakan seorang pendeta dan seorang anggota parlemen yang aktif dalam gerakan reformasi sosial. Pada awal karir saintifiknya, Parsons menggeluti studi keilmuan biologi di Amherst College pada tahun 1920, dan berhasil menjadi sarjana dengan kajian utama biologi. Setelah lulus dari Amherst pada tahun 1924, ia melanjutkan pendidikannya pada London School of Economics (LSE). Di sini Parsons banyak mempelajari tentang antropologi dari pembimbingnya yaitu A.R Radcliffe-Brown dan Bronislaw Malinowski. Setelah menetap di London sekian lama, Parsons mulai menggandrungi dunia sosiologi melalui fase pendekatan-pendekatan fungsionalisme. Dari sinilah landasan interpretatif Parsons mulai dikembangkan dalam model teoritis tunggal yang mengintegrasikan disiplin ilmu biologi dengan paradigma sosiologi. Selanjutnya, Parsons bertolak menuju Jerman karena tertarik dengan spirit tradisi Weber. Disertasinya tentang A Comparison of Weber’s and Sombart’s Explanation of The Rise of Capitalism telah menunjukkan interes Parsons terhadap gagasan idealisme Weber. Beberapa karyanya juga banyak dimanifestasikan dari pemikiran Weber, seperti The Structure of Social Action yang diterbitkan pada tahun 1937. Hasil karya tersebut juga telah mendemonstrasikan reputasi keilmuwan Parsons, sehingga dapat diperhitungkan oleh banyak pihak konstituen. Hingga wafatnya di tahun 1979, karyanya tercatat lebih dari 150 terbitan dengan interest kepada tradisi pengembangan ilmu sosial dan ilmu eksakta.

Berbicara tentang Tallcot Parsons tentu sangat erat kaitannya dengan ekspansi teori fungsionalisme struktural. Ia menjadi kontributor utama dalam mempopulerkan teori ini menuju wujud ekuilibrium baru yang lebih kompleks. Teori fungsionalisme struktural sendiri merupakan teori yang paling fundamental di awal perkembangan sosiologi dan dapat dikatakan sebagai wujud pengejawantahan dari gambaran “sosiologi” karena memuat konsepsi-konsepsi yang signifikan dalam paradigma sosiologi. Secara garis besar, teori ini mengasumsikan fragmentaris masyarakat sebagai organisme mahkluk hidup yang saling memainkan fungsi masing-masing dan saling berkontribusi secara parsial untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan bersama tersebut merupakan manifestasi dari adanya kontiunitas dan keselarasan pada sistem masyarakat yang berlandaskan pada nilai-nilai konvensional dalam unsur sistem sosial. Interpretasi Parsons terhadap formulasi teori ini sendiri melihat eksistensi masyarakat sebagai suatu integritas sistem fungsional yang beralih menuju suatu bentuk ekuilibrium atau homeostatis. Hal tersebut dikarenakan kompleksitas masyarakat terdiri dari elemen-elemen parsial yang saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga akan bermekanisme secara distingtif untuk saling mengintegrasikan diri dalam sistem sosial. Selain itu, teori ini juga memiliki konsep yang biasa disebut dengan “fungsi” pada komponen struktur sosial. Konsep fungsi tersebut dapat terjalin karena adanya beberapa aspek imperatif yang disumbangkan oleh setiap komponen masyarakat demi keberlangsungan sistem struktur sosial. Namun presensi fungsi sistem tersebut akan hilang secara gradual ketika struktur tersebut telah menjadi disfungsional (non-fungsional). Karena adanya asumsi tersebut, maka teori ini hanya cenderung untuk melihat kontribusi efektifitas pada struktur masyarakat saja. Walhasil, teori ini bentendensius untuk mengabaikan kemungkinan bahwa suatu sistem dapat beroperasional untuk menentang fungsi-fungsi lainnya dalam sistem konstituen masyarakat tertentu.

Dalam perspektif lain, teori ini memerlukan eksistensi teori konflik pada tingkat tertentu untuk keberlangsungan sistem sosial. Presumsi struktural fungsional yang cenderung melihat fungsi-fungsi imperatif dalam struktur sosial mengakibatkan beberapa konsep fungsi mengalami kontradiktif terhadap fungsi komponen lain dalam masyarakat. Contoh-contoh implikasi kontravensi tersebut dapat ditemui pada iklim masyarakat kompleks yang memerlukan adanya kriminalitas sosial, kemiskinan, difusi budaya, bahkan kesenjangan sosial dalam porsi idiosinkratis. Seperti contoh kriminalitas yang dapat melahirkan intesitas masyarakat untuk saling fungsional dan berintergrasi, lalu menimbulkan konglomerasi untuk saling memfortifikasi. Seperti aktivitas ronda malam, kumpul bersama, dan sejenisnya. Kemiskinan yang dapat mempertahankan stabilisasi sosial seperti, penyedia tenaga kerja murah, pekerja informal (kasar), dan sebagainya. Serta demikian dari aspek komponen difusi budaya, kesenjangan sosial, bahkan penyimpangan sosial merupakan aspek visibel yang mengandung konflik maupun kontradiksi internal di setiap struktur sosial. Manifestasi terjadinya konseptualisasi konflik tersebut telah mendemonstrasikan komponen-komponen sistem sosial tidak hanya tumbuh dari hubungan harmonisasi sosial, melainkan dapat muncul dari hubungan konfliktual sebagai proteksi untuk mempertahankan kondisi keseimbangan (ekuilibrium) dalam sistem masyarakat.

Baik itulah penjelasan secara sinoptik terkait dengan teori fungsionalisme struktural formulasi Tallcot Parsons. Penulis masih berharap dukungan dan kritik dari para pembaca untuk meggali lebih dalam teori-teori dari tokoh sosiologi berikutnya.

Salam Wong Ndalan !

 

Sumber Rujukan :

Susilo, Rachmad K.Dwi (2016). Dua Puluh Tokoh Sosiologi Modern. Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA.

Haryanto, Sindung (2016). Spektrum Teori Sosial : Dari Klasik Hingga Postmodern. Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA.

Maliki, Zainuddin (2012). Rekonstruksi Teori Sosial Modern. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

 

 

                                               

                                   

 

Komentar